Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Densus Awasi Kantong Teroris

Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri sedang menyoroti kantong-kantong kelompok teroris lainnya setelah berhasil mengungkap jaringan teroris pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Perburuan bukan hanya terhadap 14 tersangka lain yang belum tertangkap, melainkan juga anggota jaringan teroris lain. Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Pol I Ketut Untung Yoga Ana mengungkapkan, polisi tengah menyoroti kantong- kantong kelompok teroris lainnya, selain di Aceh, Medan, dan Bandung. Sayangnya, Yoga tidak bersedia membeber lebih jauh masalah tersebut.“Sudah ada hasil analisis daerah mereka. Medan itu hasil dari analisis kita.

Tidak dapat disebutkan dimana saja. Yang jelas kantong komunitas yang dinilai tidak aman bagi mereka tidak akan ditempati,”ujarnya. Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut Kombes Pol Baharudin Djafar membenarkan Detasemen Khusus 88 Antiteror masih mencari keberadaan tersangka teroris lainnya yang termasuk dalam jaringan Jantho, Aceh Besar. Keberadaan mereka diketahui tersebar di Sumatera Utara (Sumut) setelah 18 tersangka ditangkap, tiga di antaranya tewas dalam baku tembak,Minggu (19/9). Untuk pengembangan kasus ini,Densus 88 melibatkan Kepolisian Daerah (Polda) Sumut membantu pencarian para tersangka yang diperkirakan berjumlah 15 orang.

Tim yang dilibatkan untuk membantu pencarian adalah tim gabungan Mabes Polri, Polda Sumut-Brimob, dan Polresta Medan yang fokus pencarian terhadap para pelaku perampokan Bank CIMB pada 18 Agustus 2010. Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kembali menangkap seorang tersangka bernama Jaja di daerah Binjai, Sumatera Utara, kemarin. Tersangkaditangkapkarenaterlibat kasus pelatihan di Aceh dan membantu menyembunyikan barang bukti yang terkait dengan kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan Dalam penangkapan itu, Densus mengamankan sejumlah barang bukti seperti tiga lembar baju lengan pajang yang dipakai untuk merampok Bank CIMB Niaga, empat buah helm, dan berbagai perlengkapan lainnya.

Barang bukti diamankan dari rumah tersangka. Pengamat intelijen Wawan Purwanto mengingatkan polisi terus waspada karena jaringan teroris, terutama yang dimiliki Abu Tholut, masih cukup besar. Anggota jaringan tersebut berasal dari sejumlah aktivis yang belum tertangkap. “Sekitar puluhan seperti anggota yang berada dalam video Zainuddin Zuhri kan belum tertangkap,”ujarnya. Sedangkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai memastikan bahwa Jawa tetap dijadikan basis utama kegiatan terorisme.”Sumatera hanya jadi basis sementara. Basis utama tetap di Jawa sekaligus sasaran penyerangan,” ujar Ansyaad kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Seperti diberitakan sebelumnya, Densus 88 berhasil membongkar jaringan perampok Bank CIMB Niaga di Medan pada 18 Agustus 2010.Mereka berhasil menangkap hidup-hidup 15 orang tersangka dan tiga tewas tertembak. Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri memastikan bahwa para perampok merupakan anggota jaringan teroris Al Qaeda dan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Mabes Polri hingga kemarin terus mendalami jaringan tersebut, termasuk keterkaitan mereka dengan Amir JAT Abu Bakar Baasyir dan jaringan teroris pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan.

Sebagian tersangka terlibat dalam pelatihan militer yang berlokasi di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar,Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang diduga dirancang pimpinan Ponpes Ngruki tersebut. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan, pendalaman dilakukan karena ada benang merah antara pelaku perampokan di Medan dengan pelatihan teroris di Aceh.”Kalau kita lihat garis merahnya, ya bisa saja karena yang tertangkap di Medan sebagian beraktivitas di Aceh, sedangkan yang di Aceh termasuk yang direstui Baasyir. Beliau memberikan dana yang disampaikan ke mereka. Kalau disambungkan itu,yanyambung,” ungkapnya.

Namun, polisi tidak mau gegabahkarena faktayuridisdilapangan dari case by case masing-masing berbeda sebab Baasyir tidak terlibat langsung perampokan di Medan. ”Jadi tidak mungkin dia (Baasyir ) terlibat sebagai dalang perampokan. Benang merahnya ada, tapi case by case belum ada,”ujarnya. Koordinator Tim Pembela Muslim (TPM) Ahmad Michdan menyayangkan tindakan Polri yang mengaitkan antara para pelaku perampokan Bank CIMB Niaga yang diduga terkait dengan jaringan teroris dan JAT. ”Janganlah memberikan satu statemen yang berkaitan dengan penyudutan, pemberantasan teroris melakukan tindakan hukum, maka harus menghormati asas hukum praduga tak bersalah. Jadi jangan langsung dikaitkan dengan ustaz Abu, dikaitkan dengan JAT,” ujarnya saat mengunjungi Bareskrim Mabes Polri kemarin.

Menurut dia, dari keterangan yang diperoleh Baasyir, tidak ada organisasi JAT di Medan,Sumatera Utara, melainkan hanya di Jawa. Karena itu,sekali lagi dia menegaskan tidak tepat mengaitkan jaringan perampok teroris di Medan dengan JAT.”Ustad Abu mengatakan, tidak ada anggota JAT di Medan.Itu orang Medan semua.Sementara ini memang ada keluarga dari salah seorang tersangka yang menghubungi TPM di Medan sedang kita dalami kasus ini,”ujarnya. Kendati demikian, Michdan mengakui Baasyir mengenal Abu Tholut, orang yang disebut-sebut sebagai otak perampokan di Medan dan pimpinan tertinggi jaringan terorisme di Indonesia.

Menurut dia,keduanya saling mengenal saat sama-sama menjalani masa tahanan di Cipinang, Jakarta Timur.”Kita belum tahu apakah secara administrasi Abu Tholut itu merupakan anggota JAT atau project officerdi Aceh,”katanya. Pimpinan JAT Achwan juga membantah komplotan perampok Medan jaringan JAT karena JAT tidak mempunyai cabang di sana. Namun, dia mengakui Abu Tholut pernah bergabung dan ditunjuk sebagai isbah (pemimpin kelaskaran) sebelum akhirnya mengundurkan.” Karena tidak ada kesesuaian beliau hilang begitu saja,’’ ujarnya.

Abu Tholut Berbahaya

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengingatkan bahwa jaringan Abu Tholut yang kini diburu Densus 88 sangat berbahaya. Polisi sebelumnya mensinyalir bahwa jaringan teroris perampok di Medan di bawah kendali Abdu Tholut, mantan narapidana yang pernah divonis 8,5 tahun karena terlibat peledakan bom di Atrium Senen, Jakarta pada 2001. Abu Tholut yang saat menjabat sebagai mantiqi atau pimpinan wilayah jaringan teroris untuk Aceh dan Sumatera Utara yang terakhir kali diidentifikasi tinggal di Permata Hijau diduga kuat juga terlibat dalam pelatihan teroris di Jantho Aceh.

‘’Abu Tholut alias Mustafa mempunyai keahlian dalam merakit bom.Abu Tholut lulusan Afghanistan memiliki segudang pengalaman,” kata Ansyaad. Dia membeberkan, pada 2003 bersama kelompok sembilan atau yang lebih dikenal dengan kelompok Semarang, Abu Tholut membangun laboratorium bom di bilangan Kampung Sri Rezeki Semarang Barat. Dari laboratorium tersebut, polisi menyita ratusan kilogram bahan bom jenis Potasium Clorat, detonator, senjata api,serta ribuan butir peluru yang direncanakan akan dikirimkan ke Jakarta. Abu Tholut tertangkap di Bekasi Utara dan akhirnya dijatuhi vonis tujuh tahun penjara. “Dari rumah Abu Tholut, polisi menyita senjata M 16,” ungkapnya.