Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu, Rabu (18/1/2012), mengatakan Uni Eropa dan Iran telah menyatakan kesiapan mereka untuk melanjutkan perundingan-perundingan mengenai masalah nuklir. Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, di Brussels Rabu malam, menteri Turki itu mengatakan, ia telah melakukan kontak-kontak terbaru dengan para pejabat Iran dan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, bahwa "kedua pihak menyatakan niat untuk bertemu dan memulai kembali perundingan-perundingan. Tentu saja, terserah kepada kedua pihak untuk memutuskan, tetapi sejauh Turki pahami, kami akan senang menjadi tuan rumah putaran baru perundingan-perundingan itu," katanya.
Hari Kamis, kata Davutolgou, "Saya akan bertemu dengan rekan saya dari Iran, Ali Akbar Salehi, di Ankara untuk membahas masalah ini. Kami berharap perundingan ini akan menciptakan hasil yang positif dan perhatian internasional yang penting agar masalah ini diselesaikan secara menyeluruh," tambahnya. Pembicaraan nuklir terakhir antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - AS, Inggris, Perancis, Rusia dan China, bersama dengan Jerman (5+1) diadakan di Istanbul sekitar setahun lalu, tetapi tidak ada kemajuan.
Menurut sumber-sumber Iran, perunding Iran Saeed Jalili telah mengatakan kepada Uni Eropa dalam surat jawaban kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, bahwa Teheran siap untuk mengadakan pembicaraan nuklir terbaru, tapi tidak akan menarik mundur hak-haknya dalam pembicaraan-pembicaraan dengan Barat. Surat tertanggal 6 September itu menambahkan, "Republik Islam Iran percaya bahwa perundingan hanya satu-satunya cara untuk menghapus kesalahpahaman yang ada di semua bidang."
Jalili berbicara tentang perlunya mencapai solusi yang komprehensif, jangka panjang dan dibicarakan oleh kedua pihak. Tetapi ia juga mengatakan tindakan apapun yang akan mengakibatkan perampasan hak-hak negara, termasuk bangsa Iran, adalah tidak dapat diterima. "Dalam satu surat kepada Iran pada Juli, Ashton mengumumkan kesediaan kekuatan dunia itu untuk melanjutkan pembicaraan dengan Iran tentang program nuklir damainya."
Washington dan sekutu Baratnya menuduh Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil, sementara mereka tidak pernah menyajikan bukti nyata untuk mendukung tuduhan mereka. Iran membantah tuduhan-tuduhan itu dan berkeras bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai belaka.
Hari Kamis, kata Davutolgou, "Saya akan bertemu dengan rekan saya dari Iran, Ali Akbar Salehi, di Ankara untuk membahas masalah ini. Kami berharap perundingan ini akan menciptakan hasil yang positif dan perhatian internasional yang penting agar masalah ini diselesaikan secara menyeluruh," tambahnya. Pembicaraan nuklir terakhir antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB - AS, Inggris, Perancis, Rusia dan China, bersama dengan Jerman (5+1) diadakan di Istanbul sekitar setahun lalu, tetapi tidak ada kemajuan.
Menurut sumber-sumber Iran, perunding Iran Saeed Jalili telah mengatakan kepada Uni Eropa dalam surat jawaban kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, bahwa Teheran siap untuk mengadakan pembicaraan nuklir terbaru, tapi tidak akan menarik mundur hak-haknya dalam pembicaraan-pembicaraan dengan Barat. Surat tertanggal 6 September itu menambahkan, "Republik Islam Iran percaya bahwa perundingan hanya satu-satunya cara untuk menghapus kesalahpahaman yang ada di semua bidang."
Jalili berbicara tentang perlunya mencapai solusi yang komprehensif, jangka panjang dan dibicarakan oleh kedua pihak. Tetapi ia juga mengatakan tindakan apapun yang akan mengakibatkan perampasan hak-hak negara, termasuk bangsa Iran, adalah tidak dapat diterima. "Dalam satu surat kepada Iran pada Juli, Ashton mengumumkan kesediaan kekuatan dunia itu untuk melanjutkan pembicaraan dengan Iran tentang program nuklir damainya."
Washington dan sekutu Baratnya menuduh Iran mencoba mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program nuklir sipil, sementara mereka tidak pernah menyajikan bukti nyata untuk mendukung tuduhan mereka. Iran membantah tuduhan-tuduhan itu dan berkeras bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai belaka.